Sabtu, 31 Mei 2014

Adian Napitupulu

Lahirnya Reformasi '98 tak lepas dari peran sentral mahasiswa yang melakukan perlawanan sengit terhadap pemerintahan Orde Baru dengan Soeharto sebagai nahkodanya. Dimulai dengan aksi-aksi kecil di setiap kampus, gerakan mahasiswa akhirnya membesar dan puncaknya adalah pendudukan Gedung MPR/DPR  pada 18 Mei 1998.

 Soeharto sendiri jatuh tiga hari setelah ribuan mahasiswa mengepung gedung wakil rakyat, atau tepat pada 21 Mei 1998. Jatuhnya Soeharto, ditanggapi beragam oleh aktivis mahasiswa saat itu, sebagian aktivis memilih untuk menerima Habibie sebagai pengganti Soeharto, namun sebagian lagi melihat Habibie bagian dari Orde Baru, sehingga dianggap tidak layak untuk memimpin jalannya Reformasi. Kelompok mahasiswa yang menolak Habibie ini pun terus berupaya melakukan perlawanan dengan aksi-aksi demonstrasi yang mereka gelar. Salah satu kelompok mahasiswa yang paling vokal saat itu adalah Forum Kota atau lebih dikenal dengan sebutan FORKOT.

Tokoh yang cukup fenomenal di organisasi mahasiswa "garis keras" ini adalah Adian Napitupulu, dia adalah mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) angkatan 1991.  Bersama FORKOT,  Adian adalah orang yang menggagas pendudukan Gedung MPR/DPR yang berujung jatuhnya tirani Orde Baru.

Melawan Tirani di Jalanan

 Tubuhnya mulai terlihat sedikit menua seiring usianya yang sudah memasuki kepala empat, tapi tidak dengan semangatnya, Adian Napitupulu hingga detik ini masih tercatat sebagai aktivis '98 yang konsisten melakukan perlawanan terhadap rezim yang dianggapnya tidak berpihak pada rakyat dengan parlemenan jalanan sebagai alat perjuangannya.

Ini dilakukan oleh Adian dikala teman-teman seperjuangannya telah menikmati kursi kekuasaan atau berselingkuh dengan penguasa. Sebagai aktivis jalanan di era Orde Baru, Adian kerap kali ditangkap dan dipukuli, tercatat pada tahun 1995 Adian ditangkap karena terlibat dalam demonstrasi soldaritas di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam kasus Sri Bintang Pamungkas terkait aksi demonstrasi anti Soeharto di Dressden, Jerman. Saat itu, dia ditangkap dan diintrograsi di Polres Jakarta Pusat.

 Tidak berhenti disitu, pada tahun 1996 Adian mendirikan posko Pemuda Mahasiswa Pro Megawati, yang diketahui sebagai satu-satunya  posko non PDI yang menggalang dukungan untuk anak pertama Proklamator RI itu. Tidak hanya mahasiswa yang terlibat, saat itu  Adian juga melakukan pengorganisiran petani sawangan dengan tujuan sama, yaitu mendukung Megawati.. Kemarahan Adian terhadap rezim Orde Baru semakin memuncak, ketika dia menyaksikan dan ikut melakukan perlawanan saat aparat keamanan dan pendukung Suryadi  melakukan penyerbuan terhadap kantor DPP PDI pada tanggal 27 Juli 1996.

 Adian geram dengan tingkah pongah aparat yang memukuli bahkan menembaki rekan-rekannya yang saat itu bertahan di kantor PDI. Tak  tinggal diam, pemuda dengan nama asli Adian Yunus Yusak Napitupulu ini akhirnya menggalang perlawanan bersama mahasiswa Fakultas Hukum UKI hingga terlibat bentrok dengan aparat kemanan hampir 10 jam.

  Sebagai mahasiswa, Adian sedianya akan menyelesaikan masa kuliahnya pada tahun 1997. Namun, krisis ekonomi menerpa Indonesia dan kemelaratan terjadi dimana-mana. Disaat itulah Adian melihat bahwa rezim Soeharto diujung tanduk, dengan sigap dia bersama teman-teman aktivis lainnya menggelar pertemuan demi pertemuan yang berujung dengan aksi demonstrasi di berbagai kampus. Di tahun ini pula Adian mengagas berdirinya FORKOT sebagai organisasi mahasiswa yang paling lantang meneriakan agar Soeharto mundur dari kekuasaannya. Untuk mencapai tujuan itu, dengan gagah berani dan gaya "nyelenehnya" Adian mengagas ide untuk menduduki Gedung MPR/DPR, meski sempat ditolak oleh aktivis lainnya, ide tersebut akhirnya terwujud dan mahasiswa berhasil menduduki gedung MPR/DPR pada 18 Mei 1998. Perlawanan terus berlanjut meski Soeharto telah jatuh. Adian dan kelompoknya dengan tegas menolak Habibie sebagai pengganti Soeharto, lantaran masih berbau Orde Baru. Bahkan, pada tahun 1999, Adian menggagas Rembuk Nasional Mahasiswa di Universitas Udayana Bali yang dihadiri  mahasiswa dari 60 kota di 27 Propinsi.  Pertemuan ini juga untuk menolak Habibie sebagai Presiden.

Rezim telah berganti dari Orde Baru ke Reformasi, namun permasalahan sosial seperti kemiskinan masih saja terjadi, Negara seperti kehilangan arah, Adian melihat Reformasi cenderung gagal sehingga jalannya pemerintahan tidak sesuai yang dicita-citakan  Lagi-lagi Adian dengan jiwa aktivisnya hadir untuk melakukan kritik. Saat itu pemerintahan dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) sebagai Wakil Presiden. Adian kembali melakukan kritik terhadap dua pemimpin negeri tersebut, tentunya dengan cara "nyeleneh" dan nyentrik. Dia sempat menurukan foto SBY dan JK yang tergantung di Wisma Antara, saat berlangsungnya diskusi bedah buku Membongkar Kebohongan Politik SBY-JK karya Sri Bintang Pamungkas. Menurut Adian saat itu, apabila forum tidak suka terhadap SBY maka lebih baik mereka turun ke jalanan dan menuntut agar SBY-JK mundur dari jabatannya.  Akibat ulahnya ini, Adian kembali berurusan dengan polisi.

 Peristiwa demi peristiwa telah terjadi, termasuk pergantian pemegang tampuk kekuasaan di era Reformasi. Sebuah perubahan yang terjadi pada tahun 1998 itu harus dibayar dengan tewas nya mahasiswa yang melakukan demonstrasi, penculikan aktivis serta kasus-kasus kekerasan dan pelanggaran HAM lainnya. Namun, setelah Refromasi bergulir perbaikan kondisi masyarakat juga tak kunjung datang, dan Reformasi terkesan semakin kehilangan arah. Merasa bertanggung jawab terhadap sejarah, Adian dengan gaya "nekadnya" melakukan aksi mogok makan tunggal pada tahun 2008, atau tepat 10 tahun perjalanan Reformasi. Adian menilai perjalanan Reformasi saat ini hanya ditandai dengan pergantian pemimpin belaka, namun tidak dibarengi dengan langkah dan tindakan kongkrit dari pemerintah untuk melakukan perbaikan terhadap kehidupan masyarakat.

 Tidak berhenti di mogok makan, sepanjang pemerintahan SBY, Adian terus melancarkan kritik tajam. Di tahun 2009 Adian bersama beberapa rekan lainnya mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Benteng Demokrasi Rakyat (BENDERA). Melalui BENDERA ini Adian dan rekan-rekannya sempat membuat heboh  dengan mengungkap aliran dana Century ke beberapa pejabat negara, meski pada akhirnya semua nama yang dirilis oleh BENDERA membantah tudingan tersebut. Akibatnya dua aktivis BENDERA harus berurusan dengan polisi dan berlanjut ke persidangan.

 Gagasan-gagasan Adian dan cita-citanya untuk merubah Indonesia kearah yang lebih baik seakan tidak pernah hilang. Di tahun 2013, Adian bersama beberapa tokoh lainnya membidani lahirnya Majelis kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) , yang mewacanakan pembentukan pemerintahan transisi. Pembentukan MKRI sendiri direspon pemerintah secara berlebihan. Bahkan, MKRI sempat dituding kelompok yang akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah.

thumbnail
Judul: Adian Napitupulu
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh

Artikel Terkait :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2013. About - Sitemap - Contact - Privacy
Template Seo Elite oleh Bamz